Khao San yang Tak Pernah Tidur



Bangkok pukul 11 siang. Di tengah teriknya matahari, saya menapaki jalanan kota ini. Sepanjang Phra Atit - Khao San, saya hanya berteman sandal jepit usang abu-abu, ransel, kamera, gadget, dan sebotol air mineral yang sudah tinggal seperempat botol. Beberapa kali saya berhenti untuk menangkap momen di sepanjang jalur ini. 
Beberapa saat kemudian akhirnya saya tiba juga di Khao San. Khao San, penjelajah mana yang tak kenal dengan wilayah itu? Sebuah wilayah di salah satu sudut kota Bangkok yang merupakan surga bagi para traveler, khususnya bagi kaum backpacker. Sebuah jalan dimana dipenuhi oleh deretan pedagang kaki lima yang menawarkan baju, makanan dan kudapan, hingga jasa-jasa pembuatan kartu identitas dan ijazah yang tentu saja abal-abal, penginapan murah, toko-toko, bar,  dan jasa pijat. Khao San adalah sepenggal jalan yang tak pernah tidur.
Tujuan utama saya siang ini adalah merebahkan tubuh di sebuah kursi santai berwarna coklat sembari menikmati pijatan di kaki. Tiga hari mengelilingi Bangkok hanya dengan mengandalkan BRT dan tentu saja kedua kaki, membuat saya sungguh membutuhkan pijatan untuk melepaskan segala penat di kaki. Tetiba di tempat itu, saya segera mencari Charlie Massage, tempat pijat di Khao San yang lumayan direkomendasikan oleh para traveler di blog mereka. 



Mengambil paket foot massage selama satu jam, saya benar-benar merasa dimanjakan. Segala penat jadi hilang. Sempat tertidur sejenak pula. Setelah puas dipijat, saya melanjutkan penjelajahan kembali. 
Khao San sebenarnya lebih seru untuk dijelajahi pada malam hari. Gemerlap lampu membuat Khao San menjadi semakin gempita. Para pejalan menikmati waktu sambil menyantap makanan lokal dari pedagang kaki lama atau sekedar duduk-duduk sambil menikmati bir lokal. Sementara di sudut lain beberapa pedagang kaki lima sibuk menarik perhatian para pejalan agar mampir dan membeli barang dagangannya.
Sambil menikmati segelas fruit punch di salah satu resto saya larut dalam suasana malam Khao San. Sempat menangkap wajah-wajah lelah para pejalan yang agaknya baru tiba, menggendong ransel besar, dan berkeliling mencari tempat menginap. Sementara di sisi jalan yang lain, beberapa traveler dengan dahi berkenyit ragu-ragu mencoba cemilan unik di khao san: belalang goreng, kalajengking goreng, dan beberapa serangga lainnya yang digoreng kering lalu ditusuk oleh sebilah kayu. Mirip sate!



Malam semakin larut. Kantuk mulai menyerang. Namun Khao San tampaknya masih terus gegap gempita. Saya beranjak dari kursi. Menyeret kaki yang ternyata masih juga penat untuk segera meninggalkan tempat ini. Berjalan hingga ke ujung mulut Khao San dan menghentikan taksi berwarna pink di sana.

Slamat tinggal, Khao San!! 

Khao San yang Tak Pernah Tidur Khao San yang Tak Pernah Tidur Reviewed by explore indonesia on 4:17 PM Rating: 5

No comments:

PropellerAds
Powered by Blogger.